Cerita Sex ML Sama Rektor Kampus
- Home
- Cerita ngentot
- Cerita Sex ML Sama Rektor Kampus
Nama ku Indah Pramesty, saat ini umurku 18 tahun, kuliah semester pertama di fakultas ekonomi salah satu perguruan tinggi di jawa.
Sekilas tentang penampilanku, tinggi badanku 170cm dgn berat badan 54, boleh dibilang cukup idealis, walau pakainku selalu terkesan sexy, tp aq suka dgn keindahan lekuk tubuhku, merupakan kepuasan tersendiri bagiku bila ada pria yg memandang bahkan memuji penampilan ku. Aq tdk tahu bagaimana semua ini berawal. Yg pasti, sejak aq merasakan adanya gejolak seks pada diriku, ketertarikanku tertuju pada laki-laki setengah baya atau lebih, kebapakan dan gemuk. Anehnya lagi, puncak gairahku bukan pada wajah melainkan ketiak. Ya, aq selalu membayangkan ketiak laki-laki berumuran 50 tahun
Impian tentang ketiak laki-laki setengah 50 tahun itulah yg kemudian mengisi benakku jika birahi datang. Di sisi lain, aq masih takut setengah mati jika gairah misterius ini kuungkapkan. Akibatnya, selama ini aq hanya bisa mencari celah dgn cara melirik dan berharap bisa melihat ketiak itu pada setiap laki-laki yg memenuhi kriteria itu, berumuran 50-an tahun dan gemuk.
Aq simpan gairahku ini sejak aq merasa memiliki naluri seks, benar-benar penantian panjang yg tdk hanya menyiksa, melainkan juga menghadirkan frustasi bagiku. Selama itu pula keberanianku seperti lenyap ditelan bumi. Aq terus mencari cara agar bisa menemukan laki-laki dgn ketiak seperti yg aq impikan tetapi sekaligus menyimpan mimpi rahasia ini dari siapapun. Hingga suatu hari mimpi itu menjadi kenyataan.
Kisah itu terjadi ketika dimasa pertengahan kuliahku di sebuah perguruan tinggi bergengsi di Jawa. Aq memang salah satu yg beruntung bisa kuliah di sana.
Saat itu aq dan kawan-kawan mahasiswaku sedang menggarap sebuah kegiatan sosial yakni menggelar aksi pasar murah di sebuah daerah yg belum lama lalu tertimpa bencana banjir. Nah, sebagai anggota panitia inti aq ketiban tugas menghadap Rektor universitasku untuk meminta ijin dan bantuan sarana seperti kendaraan pengangkut dan berbagai peralatan yg kami butuhkan di lokasi nanti.
Ini bukan tugas yg mudah karena kesibukan rektor yg tdk pernah selesai itu. Tetapi aq juga bersemangat karena aq sungguh menyukai tampang rektorku ini. Meski tdk pernah bertatap muka secara dekat, tetapi dari berbagai kesempatan aq telah mengamati, rektorku adalah seorang pria setengah umur yg bagiku masuk daftar ‘sangat seksi’. Siapa tahu aq bisa melihat sekilas ketiaknya ketika berbicara dgnku nanti, pikirku berharap.
Masih pagi ketika kakiku menginjakkan kaki di lantai tiga gedung rektorat, tempat ruangan rektor berada. Dari sekretarisnya aq tahu, aq mendapat urutan ketiga menghadap rektorku. Okey, aq lalu merebahkan pantatku di ruang tunggu. Setelah sekitar 30 menit menunggu, perempuan yg tampak anggun di usianya yg aq taksir sekitar 35 tahun itu memanggilku dan menyuruhku masuk.
Aq segera masuk ke ruangan ber-AC. Pak Rektor masih sibuk menandatangani menandatangani beberapa berkas.
“Silakan duduk, dik,” katanya tanpa memandangku.
Tampaknya, mahasiswa memang selalu tdk menarik baginya. Tetapi beberapa menit kemudian aq sadar aq telah keliru menilai rektorku.
“Apa yg bisa saya Bantu nih,” katanya santai, sembari bangkit dari kursi putarnya.
Dadaku makin bergemuruh. Beberapa menit kemudian, sosok yg kukagumi itu sdh berada hanya sekitar 50 centimeter di depanku. Sungguh membuatku terkesiap.
Hari itu beliau mengenakan kemeja putih lengan panjang, berdasi dan bawahan gelap. Wajahnya kebapakan, dadanya menyembul indah dibalik kemeja putihnya, membangun komposisi yg begitu eksotik berpadu dgn perutnya yg meski menyembul tetapi tdk cukup gemuk. Lengannya besar dan tampak kuat dgn bulu-bulu di lengannya yg sedikit terbuka.
“Okey, apa yg bisa bapak bantu? Bapak sedang tdk begitu sehat nih?” katanya kemudian.
Pemakaian kata ‘bapak’ sungguh membuat andrenalinku mengalir cepat.
“Ini, Pak, saya mau meminta universitas membantu kami menggelar acara pasar murah..” aq lalu berceloteh menerangkan konsep acara dan rangkaian kegiatan yg bakal kami gelar, mirip salesman produk elektronik.
“Wah, bagus itu, membantu warga yg baru saja tertimpa musibah. Baik, apa yg dibutuhkan?” katanya.
Plong, langkah besar telah kucapai. Aq lalu menyodorkan proposal dan beliau segera menandatanganinya setelah membaca sekilas.
“Saya setuju, saya dukung,” katanya.
Gol, tugasku telah mencapai targetnya. Tiba-tiba aq lihat dia memijit-mjit leher dgn tangan kirinya, menampakkan ada yg salah pada urat leher. Kesempatanku, pikirku setengah ngelantur.
“Ee, bapak sedang tak enak badan, apa yg sakit, Pak?” tanyaku setengah gemetar.
Kali ini otakku sdh dipenuhi fantasi mengenai orang ini. Aq berusaha memancingnya.
“Ini loh, leher saya kaku sekali, sepertinya bapak salah tidur nih,” katanya sembari mengelus leher kirinya.
“Mmm, boleh saya pijit, Pak, siapa tahu akan membantu,” kataku begitu saja.
Aq merasa sdh lepas kendali ketika mengucap kalimat itu.
“Oya, boleh, wah itu akan sangat membantu,” katanya.
Kuletakkan map berisi proposal dan sejurus kemudian kedua tanganku sdh memijit leher ektorku yg gagah. Persentuhan kulit tanganku dan kulit leher Pak Rektor segera membuat hormon seks-ku tersentak.
“Wah, bapak kurang tidur, nih,” kataku berusaha memecah sunyi.
“Iya nih, soalnya beberapa malam ini lembur baca laporan. Wah ini enak sekali,” kata Pak Rektor sembari melepas dasinya.
Aq terkesiap karena Pak Rektor lalu membuka beberapa kancing kemejanya. Tanganku segera bergerak. Urutan jariku tdk lagi hanya terpusat pada sisi leher kirinya, melainkan bergerak ke arah depan dan pundak. Pak Rektor menengadah, kulihat matanya menutup, tanda merasakan keenakan. Tanganku lalu menuju ke dada atasnya.
“Wah, enak sekali ini, terus ya. Jangan kawatir, saya sdh bilang sekretaris saya tdk mau menerima tamu sampai siang nanti,” katanya.
“Ngg, lebih baik kemeja Bapak dibuka ya,” kataku setengah berharap.
Di luar dugaan, tanpa menunggu waktu Rektorku segera membuka kemeja. Kini tampaklah tubuh bapak yg seksi ini. Tanganku segera menyambutnya, jari-jariku bergerak ke arah dada, kembali ke leher, lalu ke dada dan semakin mendekat ke putingnya. Tiba-tiba kedua tanganku diraihnya dan aq diminta bergerak hingga berhadapan dgn wajah rektor.
“Mau nggak adik mencium Bapak?” katanya.
Meski kaget, tetapi aq tdk boleh menyiakan kesempatan. Tanpa menunggu waktu, aq segera mendaratkan hidungku ke pipinya, lalu ke bibir Pak rektor. Ahh, luar biasa. Aq merasa sekujur tubuhku seperti kena setrum tegangan tinggi. Aq terus menciumi wajahnya, lalu leher, lalu pundaknya, lalu dadanya. Erangan lirih bergumam dari mulut rektorku. Kini dia tersandar pasrah di kursi panjangnya.
“Pak, saya ingin mencium ketiak Bapak,” kataku meminta.
“Lakukan, lakukan sekarang,” kata Pak Rektor.
Sekejab kemudian aq daratkan mulutku pada bagian atas lengannya. Aq tdk mau terburu-buru. Sembari mengangkat lengan kirinya dgn tangan kananku, aq terus menciumi lengan Rektorku, semakin dekat ke arah ketiak. Hingga lengan itu benar-benar terbuka.
Kulihat bulu-bulu itu merekah, wow, luar biasa. Darahku terkesiap. Pertama-tama aq ciumi ketiak itu dgn hidungku. Bau parfum lembut menyapa indra pembauanku, bercampur dgn bau keringat laki-laki.
“Oh, Pak Rektor. Anda seksi sekali,” kataku.
Kini lidahku menyapu ketiaknya, membuat bulu-bulu rimbun itu basah. Sementara tangan kiriku terus meremas ketiak kirinya.
“Oohhh.. Oohhh..Oohhh… Terus, Nak, terus, Bapak senang.. Ougghh, nikmat sekali,” desah Rektorku tercinta itu.
Mmm, tanpa basa-basi lagi, aq lepas ikat pinggangnya, lalu kait celana, lalu aq pelorotkan. Wow, batang itu telah sekeras batu. Aq lalu melepas celana dlm rektorku.
“Lakukan, nak, lakukan, bapak sungguh menikmatinya,” kata dia.
Kami berlumat bibir kembali, lalu aq jilati lehernya, lalu dadanya. Aq sedot puting toketnya hingga Pak rektor mengaduh. Lidahku terus bergerak, kini ketiak kanannya aq jilati, sementara tangan kananku meremas-remas bulu ketiak kirinya. Lalu sebalinya, aq lumat ketiak kirinya dgn lidahku hingga mengkilap-kilap karena basah. Lalu perutnya aq jilati, bulu halus di sana membuat penisku sangat kencang karena birahi.
Kini wajahku berada diantara dua kakinya. Penis itu aq ciumi, jembutnya aq jilati. Perutnya yg membuncit seksi aq remas. Sementara tangan kiriku terus meremasi ketiak kanannya.
“Oohhh.. Pakk, Oohhh.. Pak, bapak benar-benar seksi, ketiak bapak Oohhh..,” kataku sebelum mulutku telah dipenuhi batang penisnya yg sdh sangat keras.
“Lakukan sekarang, lakukan sekarang.. Oughh,” kata Rektorku sembari bangkit dan membalikkan badannya.
Kini batang penisnya ada di antara selangkanganku. Kedua tangannya memegangi sandaran kursi. Aq lalu melepas celanaku. Lalu rektorku menggosok-gosokkannya kemaluannya pada selangkanganku. Tanganku terus sibuk meremasi ketiak dan dadanya yg gembul. www.filmbokepjepang.net Sejurus kemudian batang penisnya yg tergolong besar sdh masuk ke lubang yg ada di selangkanganku.
“Aahhh.. Aahhh. Aahhh..” teriak rektorku lirih.
“Oooh, enak sekali, ayo digenjot, Indah sdh ngga tahan nihh,” kataku.
Dia langsung menekan batang penisnya sampai masuk keseluruhan ke lubang memek. Beberapa menit kemudian rektorku yg seksi sdh berhubungan badan dgnku ku. Dia menggenjotnya, tarik-tekan-tarik-tekan.. Ougghh.. luar biasa nikmat.
“Aahhh.. Pak.. Saya sdh ngga tahan.. Aahhh..,” kataku dan air maniku sdh siap menyembur.
Tanganku kananku segera menyusup mencari ketiaknya, tangan kiriku meraih puting kirinya dan.
“Aahhh.. Pak, saya keluar.. Aahhh,” desahku sembari mengejangkan badanku menikmati sejuta pesona puncak ini.
“Oooohhhh.. bareng dikk! Oooohhhh” rektorku balas mendesah.
Sesaat kemudian rektorku membalikkan badan. Penisnya yg sdh sangat tegang seperti roket yg siap diluncurkan. Wajahku ditariknya, dibenamkan untuk menjilati penisnya yg terus dikocoknya. Aq jilati penis itu sementara tangan kananku terus mengocoknya.
“Oooohhhh.. Oooohhhh.. Nimat sekali.. Oooohhhh.. ” jeritnya.
Gerakan mengocok itu semakin kukencangkan, sementara mulutku terus melumat pucuk penisnya yg merah membara. Tangan kiriku meremas-remas puting kirinya.
“Oooohhhh.. Bapak mau keluar lagi, awas, bapak mau keluarr lagiiii, Oooohhhh” katanya sembari mengejang.
Benar saja, beberapa detik kemudian cairan putih menyembur ke wajahku, memuncrati seluruh wajahku hingga kuyup.
“Ouugghh.. Nikmaat.. Nikmaat sekali..,” ujar Pak rektor di akhir ereksinya.
Kami lalu berangkulan. Aq masih menciumi dada dan ketiaknya. Lalu kami berciuman.
“Bapak, jangan dicukur rambut ketiaknya ya, oh, bapak ini seksi sekali,” kataku.
“Tenang saja, ketiak bapak milikmu, bapak tdk akan mencukurnya. Bapak senang kamu menciuminya,” katanya sembari mendaratkan ciuman ke mulut.
Kami berpagutan lagi.
“Jangan bilang siapapun. Ini hanya antara kita, okey. Bapak senang sama kamu, kami juga sangat seksi dan pandai menyenangkan saya. Bapak akan calling kamu nanti untuk ketemu, okey,” kata Rektorku.
Aq tertawa senang lalu menghadiahinya dgn ciuman di bibir. Setelah kembali berpakaian dan membersihkan bekas pertempuran kami, aq meminta pamit kembali ke kampus. Aq melangkah keluar ruang rektorku seperti melayg. Dia tdk hanya seorang rektor, melainkan laki-laki impian yg tiba-tiba hadir begitu saja, menjawab semua mimpi, membuatnya nyata dan mengajakku terbang ke langit tujuh.
Sejak itu aq dan rektorku sering membuat janji bertemu di hotel atau tempat tertentu. Setiap kali bertemu, ketiaknya adalah bagian yg paling aq gemari. Aq ciumi, jilati dan terus jilati. Kami sungguh menikmati semua itu sebagai dua orang pecinta. Hingga aq lulus dan kemudian bekerja di kota yg lain.
Sejak itu pula kami jarang bertemu, rektorku sendiri ditarik ke Jakarta dan menjadi pejabat di Kementrian Pendidikan usai habis masa menjadi rektor yg hanya lima tahun itu. Lalu semuanya kembali seperti semula, dan aq terus memimpikan laki-laki berumur setengah abad atau lebih, gemuk dan ketiak yg lebat.
Hingga kisah ini aq tulis, mimpi itu terus menggema dlm ruang pikir dan setiap desah nafasku. Aq selalu berharap dan berharap, aq akan bertemu laki-laki setengah abad atau lebih tua, gemuk dan ketiak yg rimbun. Aq menginginkannya, terus memimpikkannya, hingga kini. Seandainya aq bertemu dgn laki-laki seperti itu, akan aq beri semuanya, semuanya..
www.filmbokepjepang.net